Monday, 30 June 2014

MENGAPA TUHAN BERISTIRAHAT?

Dalam kehidupan yang bertekanan tinggi, spesialis jantung akan menasihati orang yang memiliki tekanan darah tinggi untuk memperlambat gerakan dan beristirahat. Setiap orang memiliki pola istirahat masing-masing sehingga istirahat bisa memiliki arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Istirahat bisa berarti tidur, nonton, berbelanja, bepergian, berenang, gym, jogging, yoga, meditasi, balapan, merokok, minum alcohol, konsumsi obat tidur dan lain sebagainya. Ketika seorang jemaat ditanya oleh pendetanya mengapa ia tidak ibadah Minggu, ia menjawab, “Lebih baik saya berada di tempat tidur memikirkan gereja pada hari Minggu daripada berada di dalam gereja dan memikirkan tempat tidurku. Paling tidak pikiranku berada pada tempat yang tepat.” Benar bahwa manusia memilih tempat tidur, mobil, restoran, lapangan futsal, bioskop, mall, pantai sebagai sanctuary.

Apa yang dimaksud dengan istirahat? Alkitab mencatat bahwa Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu” (Kej 2:2). Kata “berhenti” (Sabat) juga bisa diterjemahkan dengan kata “istirahat”. Allah “berhenti” atau “beristirahat” karena Ia menyelesaikan karya penciptaan-Nya. “Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu” (Kej 2:3). Ia berhenti bukan karena Ia merasa lelah tetapi karena Ia telah “menyelesaikan” karya penciptaan.

Yesus memulai pelayanannya pada Sabat dengan membacakan gulungan kitab Yesaya (61:1-2) (Lukas 4:16-21). Dia juga melakukan penyembuhan pada hari Sabat (Luk 13:16; Mat 12:5-6; Yoh 5:17; 7:22-23). Dengan kata lain, Ia berkarya, menyelamatkan, memulihkan, memperbaharui. Kemudian setelah semuanya selesai yakni ketika Ia berada di atas kayu salib dan hendak menghembuskan nafas terakhirnya, Ia berkata “Sudah selesai” (Yoh 19:30). Setelah itu Ia beristirahat di dalam kuburan (Luk 23:54-56). Jadi, mengapa Yesus mati pada hari Jumat? Karena besoknya adalah hari “Sabat”, Yesus menyelesaikan karya keselamatan sebelum “Hari Istirahat”. Pada hari Sabat, tubuh Yesus terbaring di dalam kuburan dan setelah hari Sabat, Yesus bangkit (keluar dari peristirahatan) yakni pemulihan dan pembaruan terjadi setelah Sabat. Sangat indah bukan?

Istirahat merupakan sebuah proses pemulihan yang menyegarkan, misalnya di saat kita tidur di malam hari, tubuh kita melakukan proses maintenance berupa reparasi sel-sel yang rusak, membuang racun dan lain sebagainya. Istirahat itu melegakan, tidak heran toilet juga dikenal dengan istilah restroom. Dr. Bacchiocchi menjelaskan bahwa sabat adalah istirahat ilahi bagi keletihan manusia (Divine rest for human restlessness). Yesus memberikan peristirahatan yang abadi seperti yang didemonstrasikan melalui pengalaman murid-murid bersama Dia di tengah laut Galilea ketika Ia meredahkan angin rebut (Mat 8:23-27). Yesus mengatakan, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:54). Dengan kata lain, Yesus memberikan peristirahatan abadi bagi orang-orang yang menerima perjamuan kudus.

Jadi, pertanyaan kita adalah apakah hari Sabat (istirahat) masih relevan bagi manusia modern? Apakah Sabat masih berperan penting dalam pertumbuhan iman kristiani? Mari kita memperhatikan Ibrani 4:8-11…
Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain. Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga (Ibr 4:8-11)

Peristirahatan yang Tuhan berikan mengarahkan kita dari relaksasi egosentris kepada pelayanan heterosentris. Kita merayakan penciptaan, kebaikan, keselamatan, penebusan, restorasi, pembaharuan yang TUHAN karuniakan bagi kita. Allah mengundang kita untuk masuk ke dalam perhentian itu setelah kita menyelesaikan tugas-tugas kita. Dalam kehidupan ibadah kita, kita datang kepada TUHAN untuk memuliakan TUHAN karena atas pertolongan TUHAN kita telah menyelesaikan tugas-tugas dalam seminggu, kita disegarkan, diperbaharui, diberkati dan diutus untuk melanjutkan misi kita untuk seminggu berikutnya. Dalam hal ini, sabat bagaikan sebuah progresif-cyclical menuju “perhentian abadi” setelah kita menggenapi tugas dan panggilan kita. Kiranya Allah menolong kita!

"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Mark 2:27-28)


Batam, 30 Juni 2014

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12