Dalam kehidupan yang bertekanan tinggi, spesialis
jantung akan menasihati orang yang memiliki tekanan darah tinggi untuk
memperlambat gerakan dan beristirahat. Setiap orang memiliki pola istirahat
masing-masing sehingga istirahat bisa memiliki arti yang berbeda-beda bagi
setiap orang. Istirahat bisa berarti tidur, nonton, berbelanja, bepergian,
berenang, gym, jogging, yoga, meditasi, balapan, merokok, minum alcohol,
konsumsi obat tidur dan lain sebagainya. Ketika seorang jemaat ditanya oleh
pendetanya mengapa ia tidak ibadah Minggu, ia menjawab, “Lebih baik saya berada
di tempat tidur memikirkan gereja pada hari Minggu daripada berada di dalam
gereja dan memikirkan tempat tidurku. Paling tidak pikiranku berada pada tempat
yang tepat.” Benar bahwa manusia memilih tempat tidur, mobil, restoran,
lapangan futsal, bioskop, mall, pantai sebagai sanctuary.
Apa yang dimaksud dengan istirahat? Alkitab
mencatat bahwa “Ketika
Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah
Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu” (Kej 2:2). Kata “berhenti”
(Sabat) juga bisa diterjemahkan dengan kata “istirahat”. Allah “berhenti” atau “beristirahat”
karena Ia menyelesaikan karya penciptaan-Nya. “Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada
hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya
itu” (Kej 2:3). Ia
berhenti bukan karena Ia merasa lelah tetapi karena Ia telah “menyelesaikan”
karya penciptaan.
Yesus memulai pelayanannya pada Sabat dengan
membacakan gulungan kitab Yesaya (61:1-2) (Lukas 4:16-21). Dia juga melakukan
penyembuhan pada hari Sabat (Luk 13:16; Mat 12:5-6; Yoh 5:17; 7:22-23). Dengan
kata lain, Ia berkarya, menyelamatkan, memulihkan, memperbaharui. Kemudian
setelah semuanya selesai yakni ketika Ia berada di atas kayu salib dan hendak
menghembuskan nafas terakhirnya, Ia berkata “Sudah selesai” (Yoh 19:30).
Setelah itu Ia beristirahat di dalam kuburan (Luk 23:54-56). Jadi, mengapa Yesus
mati pada hari Jumat? Karena besoknya adalah hari “Sabat”, Yesus menyelesaikan
karya keselamatan sebelum “Hari Istirahat”. Pada hari Sabat, tubuh Yesus
terbaring di dalam kuburan dan setelah hari Sabat, Yesus bangkit (keluar dari
peristirahatan) yakni pemulihan dan pembaruan terjadi setelah Sabat. Sangat
indah bukan?
Istirahat merupakan sebuah proses pemulihan yang
menyegarkan, misalnya di saat kita tidur di malam hari, tubuh kita melakukan
proses maintenance berupa reparasi sel-sel yang rusak, membuang racun dan lain
sebagainya. Istirahat itu melegakan, tidak heran toilet juga dikenal
dengan istilah restroom. Dr. Bacchiocchi menjelaskan bahwa sabat adalah
istirahat ilahi bagi keletihan manusia (Divine rest for human restlessness). Yesus
memberikan peristirahatan yang abadi seperti yang didemonstrasikan melalui
pengalaman murid-murid bersama Dia di tengah laut Galilea ketika Ia meredahkan
angin rebut (Mat 8:23-27). Yesus mengatakan, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup
yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:54). Dengan
kata lain, Yesus memberikan peristirahatan abadi bagi orang-orang yang menerima
perjamuan kudus.
Jadi, pertanyaan kita adalah apakah hari Sabat
(istirahat) masih relevan bagi manusia modern? Apakah Sabat masih berperan
penting dalam pertumbuhan iman kristiani? Mari kita memperhatikan Ibrani 4:8-11…
Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk
ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang
suatu hari lain. Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi
umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri
telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari
pekerjaan-Nya. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian
itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu
juga (Ibr 4:8-11)
Peristirahatan yang
Tuhan berikan mengarahkan kita dari relaksasi egosentris kepada pelayanan
heterosentris. Kita merayakan penciptaan, kebaikan, keselamatan, penebusan,
restorasi, pembaharuan yang TUHAN karuniakan bagi kita. Allah mengundang kita
untuk masuk ke dalam perhentian itu setelah kita menyelesaikan tugas-tugas
kita. Dalam kehidupan ibadah kita, kita datang kepada TUHAN untuk memuliakan
TUHAN karena atas pertolongan TUHAN kita telah menyelesaikan tugas-tugas dalam
seminggu, kita disegarkan, diperbaharui, diberkati dan diutus untuk melanjutkan
misi kita untuk seminggu berikutnya. Dalam hal ini, sabat bagaikan sebuah progresif-cyclical
menuju “perhentian abadi” setelah kita menggenapi tugas dan panggilan kita.
Kiranya Allah menolong kita!
"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan
manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Mark 2:27-28)
Batam, 30 Juni 2014