Wednesday, 17 July 2013

MENGAPA ENGKAU TAKUT?



Manusia takut pada kebebasan! Memang terdengar aneh, tidak masuk akal tetapi demikianlah faktanya. Kebebasan menyebabkan kebingungan – memilih dari sekian banyak pilihan. Kebebasan menimbulkan kekhawatiran – mengkhawatirkan bahwa manusia tidak dapat mengendalikan diri di tengah kebebasan. Oleh sebab itu manusia lebih memilih untuk mengurangi kebebasan bersama dengan aturan-aturan. Hal tersebut mendemonstrasikan sekaligus membuktikan ketidakpercayaan (distrust) manusia pada kemampuan manusia untuk hidup di dalam kebebasan. Erich Fromm, seorang humanis menulis tentang ketakutan manusia akan kebebasan dalam bukunya yang berjudul Fear of Freedom. Ia menerangkan bahwa setelah dibebaskan dari cengkeraman Firaun, bangsa Israel ingin kembali ke Mesir. Mereka menyalahkan Musa yang sudah membawa mereka keluarga dari Mesir. Mereka memilih untuk kembali menjadi budak Firaun.

Ketakutan orang Kristen terhadap kebebasan terlihat di dalam pertanyaan mereka yang berbunyi, “Apakah ini berdosa?” “Apakah perbuatan itu dosa?” “Dosa” telah menjadi pusat perhatian mereka. Mereka tidak bertanya, Apakah perbuatan atau keputusan ini berkenan di hati TUHAN? Apakah perbuatan tersebut merupakan ekspresi kasih?” Orang yang bebas seperti Paulus mengatakan, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun” (1 Kor 6.12). Orang yang bebas tidak membiarkan dirinya untuk diperhamba oleh suatu apapun. Orang yang tidak bebas selalu diperhamba oleh “rasa takut”.  Tidak demikian orang yang hidup bebas di dalam kasih sebab, “di dalam kasih tidak ada ketakutan” (1 Yoh 4:18).

Di dalam perjalanan menuju Gerasa, murid-murid Yesus ketakutan karena angin badai yang menyebabkan kapal mereka hampir tenggelam. Setelah angin badai diredakan oleh Yesus mereka sangat takut akan kuasa Yesus yang bisa menenangkan angin badai. Mereka pasti bertanya-tanya, siapakah Yesus yang mereka ikuti? Mengapa angin pun tunduk pada-Nya? Dengan kata lain, mereka mengalami dua kali ketakutan. Ketakutan pertama “KETAKUTAN PADA PERSOALAN BESAR” dan ketakutan kedua, “KETAKUTAN KARENA SOLUSI YANG BESAR”.

Oleh sebab itu, Confucius mengatakan, 敬鬼神而远 (Jing gui shen er yuan zi) yang artinya "Respect ghosts and spirits, but keep them at a distance" (Analects 6:22). Perkataan ini mendemonstrasikan ketakutan manusia pada setan-setan dan TUHAN. Confucius juga mengatakan未能事人,焉能事鬼 (wei neng shi ren yan neng shi gui) "When one is not yet able to serve other people, how can one serve ghosts?" Dua perkataan Confucius mendemonstrasikan perasaan terbatas manusia. Maka Confucius menyarankan agar manusia menghindari roh dan TUHAN.
Lukas mencatat seorang laki-laki yang kerasukan setan-setan. Ia tidak berpakaian, tidak merasa malu karena ia sudah tidak tahu diri (tidak sadar diri). Ia tinggal di dalam pekuburan. Ia tidak takut kecoak maupun ulat. Ia tidur bersama dengan kocoak dan ulat. Ia tidak takut pada tengkorak. Ia tidur bersama dengan tengkorak. Inilah gambaran yang menyeramkan tentang seseorang yang tidak memiliki kebebasan. Jauh lebih menyeramkan daripada hantu dalam kapal anker di Kepri Mall Batam yang masih perlu istirahat untuk ke WC dan makan.

Walaupun tidak takut pada kecoak, ulat maupun tenggkorak ia sangat takut pada Yesus. Ia takut disiksa oleh Yesus. “Penyiksa yang takut disiksa”. Orang-orang membelenggu dia dengan “rantai” tetapi Yesus mengusir. Orang-orang meminta dengan baik pada roh-roh jahat tetapi Yesus mengusir. Yesus tidak bersikap baik dan sopan pada roh-roh jahat. Ia mengusir! Ia tidak permisi, tidak kompromi. Ketika bermain di hutan, anak-anak sering dididik oleh orangtua mereka untuk permisi sama roh-roh pohon atau roh semak-semak sebelum buang air kecil. Yesus tidak permisi, Dia mengusir!

Setan-setan ketakutan. Mereka menyadari kedatangan Yesus. Apakah mereka merupakan penyebab angin ribut yang diredakan oleh Yesus? Sulit dipastikan, yang jelas, setan-setan ini ketakutan. Mereka yang biasanya menakut-nakuti orang kini ketakutan. Lutut mereka berantukkan. Mereka bersujud pada Yesus dan berteriak, “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya engkau jangan menyiksa aku”. Mereka takut disiksa, mereka takut menderita. Mereka suka menguasai orang lain, mereka suka membelenggu orang lain. Mereka tidak suka melihat orang hidup bebas. Mereka suka orang hidup di dalam belenggu dan ketakutan tetapi mereka sendiri takut.

Setan-setan menghalau orang itu dari komunitas ke tempat yang sunyi. Ia mengisolasikan diri tetapi ia tidak sendiri. Roh-roh jahat menyiksa dia siang dan malam. Tubuhnya pasti penuh dengan luka-luka sebab ia sering diseret. Seringkali manusia juga suka menyiksa sesama dengan “rantai emosi negatif”. Menyiksa orang lain dengan emosinya yang tidak stabil. Menyiksa orang lain dengan “rantai ngambek”, “rantai dendam”, “rantai kebencian”, “rantai kekesalan” untuk mengikat dan membelenggu. Tidak jarang juga, kita mengizinkan diri kita untuk diikat dengan “rantai emosi negatif”.  Hal ini terbukti melalui “reaksi emosi negatif” di dalam diri kita. Jika ini terjadi maka kita akan diseret-seret oleh rantai emosi. Semestinya ini merupakan hal yang patut kita takuti sehingga kita tidak dirantai dan tidak diseret-seret oleh emosi-emosi negatif dari orang lain maupun dari diri kita sendiri.

Legion merupakan Legio Romawi yang biasanya terdiri dari 6,000 prajurit. Legion berarti tidak sendiri, tidak seorang diri melainkan bersifat kolekif. Legion juga bisa diartikan memiliki “banyak wajah”.  Kini manusia dirasuki oleh “legion membuktikan kehebatan”, “legion emosi negatif”,  “legion menyalahkan orang lain”, “legion pura-pura rendah hati”. Legion pura-pura rendah hati suka menjinjing salib emas, mengenakan jubah ungu dan mahkota batu permata yang berkilau. Legion pura-pura rendah hati tidak menuju “Bukit Golgota tetapi menuju “takhta Olympus”.

Setan-setan itu takut dikembalikan ke “jurang maut”. Jurang maut merupakan tempat roh-roh orang mati (Mazmur 107:26 & Roma 10.7).  Juga merupakan tempat akhir roh-roh jahat dan setan-setan (Wahyu 20.3, 8.30-31). Mereka sangat KETAKUTAN. Mereka memohon untuk masuk ke dalam babi-babi dan Yesus pun mengabulkan permintaan mereka. Maka keluarlah mereka dari orang itu dan memasuki babi-babi. Kawanan babi itu terjun bebas dan mati lemas.

Aneh! Setelah melihat seorang yang dirantai, yang dirasuki setan-setan dibebaskan duduk di kaki Yesus, sudah berpakaian, sudah waras. Mereka tidak bergembira, berbahagia atau bergirang. Mereka juga tidak berteriak “Haleluya”. Melainkan mereka sangat “KETAKUTAN”.

Penduduk di daerah Gerasa SANGAT KETAKUTAN. Bukan menjadi percaya dan memohon pertolongan Yesus, mereka malah mengusir Yesus. Mereka tidak “WELCOME” Yesus. Sebab Yesus telah menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. 2,000 ekor babi baru saja mati. Sistem ekonomi mereka dirusak oleh Yesus. Mereka tidak menginginkan Yesus yang bisa membebaskan orang dari setan-setan. 2,000 ekor babi alias sistem ekonomi mereka merupakan juruselamat mereka. Motto mereka adalah Pax ekonomia bukan Pax Christi. Yesus tidak melakukan mujizat lain untuk bisa tetap memberitakan Injil di sana. Yesus berangkat meninggalkan Gerasa.

Orang yang sudah dibebaskan memohon untuk bisa mengikuti Yesus. Tetapi Yesus menyuruh dia pergi untuk kembali ke rumahnya. Orang ini diutus sebagai penginjil di tengah-tengah keluarganya. Ia pergi mengeliling seluruh kota dan menceritakan apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya. Dia yang tidak bebas, kini bebas. Dia bisa pergi ke mana saja. Tidak lagi dirantai, tidak lagi menyendiri. Tidak lagi terisolasi. Ia kembali kepada komunitas. Yesus tidak hanya memperhatikan keselamatan individu tetapi juga keselamatan komunitas.

Perbedaan besar antara dipenuhi dengan Roh Kudus dan dirasuki oleh setan adalah orang yang dirasuki setan kehilangan dirinya sendiri. Setan mengambil alih hidupnya. Orang itu tidak dapat memilih maupun memutuskan sendiri. Ia tidak bebas. Bahkan suaranya berubah di saat setan menyatakan dirinya baik dalam suara laki-laki maupun suara perempuan. Tetapi orang yang dipenuhi Roh Kudus memperoleh kebebasan. Kebebasan untuk memilih. Ia bisa memilih untuk mendengarkan nasihat Roh Kudus ia juga bisa memilih untuk menghujat Roh Kudus. Roh Kudus memimpin dengan menjadikan orang yang dipimpinnya sebagai “manusia bebas”.

Orang yang takut memiliki jiwa yang tidak bebas. Kebebasan membutuhkan ketenangan jiwa. Jiwa yang mantap dapat memilih di dalam kebebasan. Tidak takut, tidak bingung dan tidak kehilangan. Jiwa yang bebas tidak menuntut perasaan dibutuhkan. Tidak membelenggu orang lain dengan “rantai-Anda membutuhkan saya”. Manusia bebas adalah manusia yang dipimpin oleh Roh. Mereka tidak bisa dirantai dengan rantai emosi. Diri mereka bebas, mereka tidak bisa diikat dengan rantai gossip maupun rantai tuntutan manusia. Ketika orang-orang ingin disembuhkan Yesus, Yesus pergi begitu saja. Ketika diminta meninggalkan Gerasa, Yesus pun langsung beranjak. Ia juga tidak dirantai oleh rantai penghakiman orang. Ia makan bersama dengan orang berdosa, Ia mengampuni dan membebaskan. Dia tidak takut bebas!

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12