Seorang pelayan perempuan dari negeri Israel tergerak oleh belas kasihan untuk tuannya yang menderita sakit kusta. Ia menyarankan kepada nyonyanya bahwa seorang nabi di Israel dapat menyembuhkan penyakit kusta tuannya. Bagaimana apabila nabi Elisa tidak bersedia menyembuhkan dia? Bagaimana apabila ternyata Naaman tidak berhasil disembuhkan? Mengapa gadis perempuan tersebut bersedia mengambil resiko demikian? Bukankah Naaman adalah panglima yang mengalahkan Israel sehingga ia menjadi seorang tawanan (budak)? Namun gadis tersebut tidak dikuasai oleh dendam dan amarah. Hatinya berbelas kasihan kepada tuannya. Begitu juga ketika seorang pasien kusta memohon kesembuhan Yesus, hati Yesus “tergerak” oleh belas kasihan.
Dosa merupakan penyakit inheren manusia yang mesti disembuhkan dan untuk itulah Yesus datang - “memberitakan Injil” (Markus 1.38). Oleh karena kematian-Nya kita disembuhkan (1 Petrus 2.24). Sejak kejatuhan di dalam dosa manusia berada di dalam kondisi “sakit” yakni sakit rohani akibat keterpisahan dengan Sang Kehidupan. Soren Kierkegaard pernah menulis tentang “sakit hingga kematian” atau Sickness Unto Death (1848). Buku Kierkegaard adalah anti-klimaks dari Yohanes 11.4. Kierkegaard menyebut bahwa “keputusasaan” atau despair adalah penyakit yang diderita manusia hingga kematian. Agar tidak mengalami sakit hingga kematian manusia mesti mencapai rekonsiliasi antara keterbatasan dengan ketidakterbatasan atau mengalami transendensi diri.
Yang menjadi prioritas penyembuhan Elisa kepada Naaman bukanlah penyakit fisik melainkan penyakit batin Naaman – arogansi pejabat tinggi. Naaman adalah seorang panglima, terpandang, disayangi raja dan memiliki karier yang penuh kemenangan. Kata dasar nama Naaman di dalam bahasa Ibrani adalah name yang berarti “indah, cantik”. Apabila Naaman hidup di zaman kini, maka fotonya akan berada di poster-poster di setiap jalan. Rumahnya bagaikan istana full AC. Setiap anggota keluargnya dilindungi bodyguards dan disertai kendaraan anti peluru dan supir pribadi. Keamanan Naaman juga termasuk sebagai bagian dari keamanan nasional. Kecemerlangan hidupnya diliputi awan gelap yakni penyakit kustanya. Penyakti kusta adalah penyakit yang paling ditakuti pada zaman itu. Naaman digambarkan sebagai seorang yang hebat, sukses luar biasa tetapi sedang berurusan dengan penyakit yang sangat menyebalkan.
Ironisnya dirinya dikontraskan dengan gadis perempuan yang bahkan namanya pun tidak disebut di Alkitab – anak perempuan, tertawan, pelayan. Perbudakkan dirinya tidak menjadikan dirinya sebagai budak di dalam batinnya. Perbuatannya mencerminkan bahwa ia sedang melakukan “kepemimpinan ke atas”. Penyembuhan penyakit kusta Naaman bersifat sekunder bagi Elisa. Yang menjadi perhatian bagi Elisa adalah penyembuhkan penyakit ego dan batin panglima Naaman. Kesalahan persepsi Naaman perlu disembuhkan. Ego Naaman perlu disembuhkan. Naaman mengharapkan penyembuhan yang bersifat spektakuler akan tetapi ia malah mendapat perintah dari seorang suruhan untuk mandi di sungai Yordan. Perbuatan Elisa terkesan sangat tidak sopan. Perlakuan Elisa terhadap tamu negara yang tidak hormat berpotensi menimbulkan perang besar. Padahal Elisa bisa menyembuhkan secara spektakuler, menakut-nakuti Naaman bahwa di Israel ada TUHAN yang hebat yang bisa meremukkan dia dan memerintahkan Naaman untuk membuat perjanjian damai dan membayarkan tribute kepada Israel. Perbuatan Elisa membuat Naaman sangat gusar. Akan tetapi para pegawai Naaman menasihati Naaman untuk mencoba, toh itu tidak susah. Ternyata Naaman dikelilingi dengan orang-orang bijak. Dan Naaman juga adalah orang yang mendengar dan menerima masukan bahkan dari orang kecil. Egonya tidak menuntun dia jauh di dalam amarah. Ia tidak terjebak di dalam arogansi pejabat tinggi.
Setelah menjadi tahir, Naaman kembali menghadap Elisa. Kali ini Elisa tidak lagi mengutus orang suruhan melainkan bertemu dengan Naaman secara pribadi. Naaman berkomitmen untuk menyembah TUHAN yang disembah oleh Elisa. Iman Naaman yang baru percaya sangat luar biasa. Ia langsung mengetahui bahwa tidak ada allah lain selain Allah Elisa sehingga ia berkata, “Kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah di sana dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu” (2 Raj 5.18). Iman Naaman benar-benar patut dikagumi maka berkatalah Elisa, “Pergilah dengan selamat!”
Paulus menegaskan bahwa dirinya bukanlah petinju yang sembarangan meninju. Orientasi hidupnya adalah mengejar “mahkota abadi”. Ia menjaga “well-being” dirinya agar sesudah memberitakan Injil dirinya sendiri tidak ditolak. Manusia menderita penyakit seperti kekhawatiran berlebihan, kegelisahan, keegoisan, kepicikan, perasaan tidak aman, ketamakan, kesepian serta konflik diri atau inner quarrel. TUHAN adalah Penolong (Mzm 30.11) yang sanggup menyembuhkan (Mzm 30.3) dan mengubah ratapan kita menjadi tarian (Mzm 30.12). Mari kita menjaga “well-being” diri kita sendiri dan kiranya hati kita tidak dikendalikan oleh penyakit dosa melainkan digerakan oleh “belas kasihan” untuk menyembuhkan sesama. Let’s Heal the world with loving kindness!