Pendahuluan
Kita berada di dunia yang menggunakan kompetensi dan kemewahan sebagai standar kesuksesan. Seseorang dinyatakan berhasil apabila ia mampu meraih prestasi tertentu, studi di sekolah tertentu, beralamat di lokasi tertentu, mengendarai kendaraan tertentu, menggunakan merek tertentu, berlibur ke negara tertentu…Orang-orang yang tidak berhasil mencapai standar-standar tersebut maka dia dianggap belum berhasil atau bahkan gagal. Seseorang yang berhasil memiliki banyak fans, pengkagum, duduk di posisi terdepan dan memperoleh hak keistimewaan. Kisah-kisah Alkitab justru memberikan sudut pandang yang berbeda, yang kerapkali bertolak belakang dengan standarisasi tersebut. Yesus mengkritik orang-orang Farisi yang suka memberikan pertunjukkan rohani - “jubah panjang, suka berada di depan, di tempat terhormat dan doa yang panjang-panjang” (Mark. 12:38-39). Standarisasi demikian bermotto “I am seen therefore I am” (aku dilihat maka aku ada). Tidak heran, apabila manusia melakukan segala sesuatu agar dapat dilihat dan diterima. Begitu juga dengan orang-orang yang memberikan persembahan. Karena persembahan menggunakan koin, persembahan yang banyak yang sangat terkesan karena bunyi “ting…ting…ting…ting…ting” (berulang kali) di saat memasukan uang ke dalam kotak persembahan. Sedangkan persembahan seorang janda yang dipuji Yesus hanya berbunyi, “ting… ting” (nada pelan). Walaupun pemberiannya kecil, tetapi dia memberikan dari kekurangannya (Mark. 12:44). Yesus bahkan menegaskan bahwa janda tersebut memberikan terbanyak dari semua yang memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Alkitab jelas tidak memberikan pengaguman kepada orang-orang yang dipandang hebat, berprestasi dan penuh pencapaian di dunia. Sebaliknya Alkitab menggambarkan bahwa TUHAN memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang lemah, sengsara, diremehkan, diperlakukan secara tidak adil, ditindas, miskin…
Identitas Rut yang lemah
Rut adalah seorang perempuan Moab. Siapa itu Moab? Moab merupakan anak dari Lot dengan putri sulungnya(Kej. 19:37).
Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab, dialah bapa orang Moab yang sekarang. Yang lebih mudah pun melahirkan…. Ben-Ami… Amon
Sehingga ketika penulis mengatakan perempuan Moab, hal ini untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang keturunan haram, seorang yang tidak terhomat. Orang Moab juga dikenal sebagai penggoda lelaki. Mereka mengajak bangsa Israel untuk berzinah (Bil. 25:1). Hal tersebut membangkitkan amarah TUHAN yang mengakibatkan 24.000 orang meninggal pada hari itu. Orang-orang Moab termasuk orang-orang yang dilarang untuk beribadah, atau memasuki jemaah Yahweh - “Seorang Amon atau seorang Moab, janganlah masuk jemaat TUHAN…sampai selama-lamanya” (Ul. 23:3).
Apakah Saudara memandang remeh diri sendiri atau bahkan membenci diri sendiri oleh karena suku Saudara atau karena lahir di dalam keluarga miskin atau karena cacat fisik? Apakah Saudara meremehkan diri sendiri karena kurang tinggi, kurang kurus, kurang berbobot, kurang cantik? Apakah Saudara membenci diri sendiri karena kurang berkemampuan, kurang berprestasi? Saudara, Rut tidak meremehkan dirinya sendiri sebagai perempuan Moab. Ingatlah, tidak ada orang yang bisa meremehkan diri Saudara kecuali Saudara meremehkan diri sendiri.
Status Rut yang lemah
Suami Rut, Mahlon meninggal dunia. Walaupun didesak oleh mertuanya untuk tetap tinggal di Moab dan menikah lagi, karena dia masih muda, namun dia bersikeras untuk mengikuti mertuanya ke Betlehem. Persoalannya, sebagai orang Moab, dia akan sangat menderita di Betlehem dengan budaya yang berbeda, apalagi sesuai hukum Taurat dia dilarang memasuki jemaah Yahweh. Hal ini ditambah, dia adalah seorang janda miskin. Setiba di Betlehem, dia mengambil status sebagai seorang pengemis untuk memunguti jelai-jelai gandum yang berjatuhan di tanah (Im. 19:9-10; 23:22; Ul. 24:19).
Sebagai orang lemah, dia tidak bertindak semena-mena maupun merusak ladang orang lain. Dia tidak membenci orang kaya karena dirinya miskin. Dia tidak barang milik orang lain karena iri. Dia tidak iri hati dengan orang-orang yang “lebih beruntung” daripada dirinya.
Sikap Rut
Rut tidak meninggikan diri juga tidak meremehkan dirinya. Walaupun identitas Rut menyebabkan dia sebagai masyarakat kelas dua - pribadi kelas ekonomi, pribadi rendahan, pribadi yang diremehkan dan pribadi yang lemah. Identitas Rut bagaikan orang yang tidak sanggup mengangkat kepalanya. Namun demikian, Rut merupakan seorang yang terhormat. Boaz, sang pemilik ladang menghormati karakter Rut.
Rut memiliki karakter yang indah, dia meminta izin dari pengurus ladang sebelum mulai memunguti jelas. Rut adalah seorang yang sopan, di zaman kini, sopan santun bagaikan hal yang semakin hari semakin langka. Tidak menyapa dengan nama, memotong antrian, bersikap kasar semakin lazim. Ucapan terima kasih, maaf, permisi juga semakin langka. Dan Rut juga merupakan seorang pekerja keras, dia bekerja tanpa berhenti memunguti jelai gandum. Saudara, apabila kita berada di posisi lemah, dan kita berkarakter malas, maka tidak mungkin ada kesempatan bagi kita untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Dalam nilai kekristenan, kemalasan termasuk dosa.
Intervensi TUHAN dan Peranserta manusia
Seperti janda yang memperoleh perhatian Yesus dari sekian banyak orang yang memberikan persembahan, Rut memperoleh perhatian Tuhan. Nah, dari sekitar 7 miliar penduduk bumi, apakah Saudara ingin memperoleh perhatian khusus dari TUHAN? TUHAN tidak tinggal diam. TUHAN memelihara perjalanan Rut dari Moab menuju Betlehem - perjalanan yang panjang dan berbahaya terutama bagi perempuan di mana perampokan, penculikan dan pemerkosaan sering terjadi. TUHAN menuntun Rut ke ladang Boas. Tanpa ia sadari, ia berjumpa dan diperhatikan oleh Boas, seorang pria gentlemen. Hati Naomi pasti tergerak oleh cinta kasih Rut yang bagaikan sahabat setianya. Naomi meminta Rut untuk mencari Boas di tempat pengirikan pada malam hari. Nah, ini bagian sulit bagi pembaca. Tempat pengirikan memiliki konotasi negatif. Pada masa panen, bos ladang akan menginap di tempat pengirikan. Para Pekerja Seks Komersial akan mengunjungi tempat pengirikan di malam hari.
“Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! Sebab engkau telah berzinah dengan meninggalkan Allahmu, engkau telah mencintai upah sundal di segala tempat pengirikan gandum” (Hosea 9:1).
Naomi meminta Rut untuk “mandi, berurap dan mengenakan pakaian bagus” (Rut 3:3). Permintaan Naomi menjadi ambigu apabila dikaitkan dengan tempat pengirikan dan terlebih lagi jika ditambah identitas Rut, seorang Moab. Nah, yang menarik adalah pertemuan Boas dan Rut menggambarkan relasi dalam kesucian. Boas menghormati Rut. Boas tidak menggunakan kesempatan itu untuk merampas kehormatan Rut. Berdandan, menggunakan perfume, mengenakan pakaian bagus merupakan hal yang positif. Manusia menyukai keindahan, laki-laki menyukai perempuan-perempuan yang berpenampilan bersih, rapi sebaliknya perempuan menyukai laki-laki yang rapi dan bersih juga.
Rut melakukan semua yang diperintahkan Naomi walaupun perintahnya tidak masuk akal dan terkesan di luar normal umum. Rut mandi, menggunakan perfume dan mengenakan pakaian bagus. Dia berangkat ke tempat pengirikan dan bersembunyi menunggu Boas tidur. Setelah Boas tidur, Rut menyingkapi selimut hingga ke pahanya. Mungkin karena kedinginan di tengah malam, Boas terbangun dan kaget menemukan seorang perempuan berbaring di sisinya. Rut memperkenalkan diri dan kemudian meminta Boas untuk menikahi dirinya.
Penutup
Benar bahwa Rut memiliki identitas yang lemah dan tidak dihargai oleh kaum Israel tetapi Rut tidak meremehkan dirinya sendiri. Benar bahwa Rut berstatus lemah sebagai seorang janda tetapi Rut tidak memandang rendah dirinya sebagai seorang janda. Karakter Rut yang penuh kasih, setia, teguh, sopan, rajin dan penuh hormat menarik perhatian orang-orang. Rut yang menunjukkan kasih sayang kepada Naomi, memperoleh kasih sayang dari Boas dan Naomi. Rut memperoleh kasih sayang dari TUHAN sehingga dirinya yang lemah dan penuh penderitaan dipulihkan oleh TUHAN. Paulus berkata, “Jika aku lemah, maka aku kuat” (2 Kor. 12:10). Saudara, arahkanlah perhatian Saudara dan bersandarlah pada TUHAN.
Batam, 8 November 2015
Lan Yong Xing