Monday, 9 November 2015

PENTINGKAH TEMPAT BAGI MANUSIA?

Dalam Acara Kebaktian Syukur Penempatan Rumah Baru Dkn. Sudiono
Batam, 8 November 2015 - Lan Yong Xing



Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan “yang memperbaiki tembok yang tembus”, “yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni” (Yes. 58:12)

Di manakah engkau? Inilah pertanyaan pertama yang diajukan oleh Sang Pencipta kepada ciptaan-Nya (Adam dan Hawa yang bersembunyi di antara pohon-pohon dalam taman karena ketakutan). “Di mana” menunjukkan sebuah tempat, lokasi, lingkungan, gedung, daerah, wilayah… Pertanyaannya adalah apakah tempat berperan penting dalam kehidupan manusia? Ada orang-orang yang menganut pandangan bahwa “tempat” atau lingkungan yang dibangun manusia (built-environment) adalah bagian yang tidak penting karena yang terpenting adalah spiritualitas, relasi dan komunikasi antar manusia. Dengan kata lain, tempat dipandang tidak berperan penting dalam kehidupan manusia. Sehingga teknologi komunikasi dianggap bisa menggantikan peran sebuah tempat dalam relasi manusia. Karena peran tempat dipandang tidak signifikan maka muncullah pemikiran bahwa sebenarnya gedung gereja tidak diperlukan, toh yang penting adalah pertemuannya sehingga cukup beribadah di tempat-tempat umum seperti di ruang-ruang pertemuan atau cukup beribadah di rumah masing-masing menggunakan teknologi komunikasi. 

Apabila tempat tidak terlalu signifikan bagi kehidupan manusia maka menjadi “yang memperbaiki tembok yang tembus” dan “yang membetulkan jalan” juga menjadi tidak terlalu penting. Maka tidak penting di mana kita memilih tempat tinggal, di mana lokasi perusahaan maupun gudang kita. Menjadi tidak penting pula untuk memilih tempat tinggal yang kondusif untuk pertumbuhan anak maupun kondusif demi “ramah lingkungan” (jarak rumah ke kantor, sekolah, rumah ibadah). Namun, benarkah demikian? Kisah ibu Mencius (Mengzi) tiga kali pindah rumah mendemonstrasikan peran lingkungan terhadap seseorang. Pertama, karena tinggal dekat kuburan, ibunya memperhatikan Mengzi sering bermain mempraktekkan upacara penguburan. Maka ibu Mencius memutuskan untuk pindah ke pasar. Mencius yang masih kecil bermain memotong babi dan berjualan makanan bersama teman-temannya. Maka ibunya memutuskan untuk berpindah lagi ke lingkungan dekat sekolah. Melihat Mencius menghafal ajaran Confucius, maka ibunya yakin dia memilih lokasi tempat tinggal yang tepat buat putranya. Mencius bertumbuh dewasa menjadi seorang filsuf yang terkenal di China bahkan hingga seluruh dunia. Lingkungan tempat tinggal (built-environment) berperan dalam membentuk diri kita. Pada mulanya kita membentuk lingkungan tempat tinggal kita dan kemudian lingkungan membentuk diri kita. Ketika kita tinggal di sebuah lingkungan tertentu, arsitektur, sejarah, budaya setempat dan pemaknaan ingatan kolektitf (collective memories) ikut berdampak dalam hidup kita. 

Perintah TUHAN kepada manusia untuk “memenuhi bumi” dan “menaklukkan ciptaannya” mengandung arti mengembangkan dan menatalayani atau mengurus dengan penuh tanggungjawab. Sayangnya, bagian perintah TUHAN ini sering dipahami sebagai legalisasi untuk mengeksploitasi dan merusak ciptaan Allah. Sejarah keselamatan Allah yang dimulai di taman Eden (pakaian dari kulit binatang yang dibuat Tuhan untuk Adam dan Hawa) dan berakhir di Yerusalem Baru - The Garden City menggambarkan akan pentingnya tempat lingkungan bagi manusia sehingga Tuhan mendesain The Garden City bagi kebahagiaan manusia yang diselamatkan-Nya.   

Sekarang, kita perlu memikirkan satu pertanyaan lagi yakni apakah kita menganut konsept dua kota atau tiga kota?

Kota Allah (City of God)
Kota Dunia (City of the World)
Ibadah
Bisnis
Pembelajaran Alkitab
Pendidikan
Persekutuan
Seni
Pelayanan Sosial
Arsitektur
Penginjilan
Politik


Dalam konsep dua kota, dua bagian ini saling bertentangan yang satu mencari kemuliaan Allah dan yang satu lagi mencari kemuliaan manusia. 









Kemuliaan Allah
Soli Deo Gloria
Kota Ketiga 
(Coram Deo - Di hadapan Allah)




Kemuliaan Manusia

Ego manusia
Self-entitlement
Self-glorification
Self-deification
Ibadah
Persekutuan
Pemahaman Alkitab
Pelayanan Sosial
Pertanian
Ekonomi
Seni
Pendidikan
Politik


Menurut konsep tiga kota, ada dua orientasi yang saling tarik-menarik yaitu orientasi terhadap kemuliaan Allah dan terhadap kemuliaan manusia. Sebuah ibadah bisa memuliakan Allah juga bisa memuliakan manusia misalnya ketika pendetanya diagung-agungkan karena talentanya atau musik ibadahnya, tata ruang ibadah menjadi sanjungan, segala sesuatu dalam ibadah diaggungkan kecuali Tuhan Sang Pencipta. Pelayanan sosial bisa memberkati sesama tetapi juga bisa digunakan untuk praktek korupsi maupun kemuliaan tokoh tertentu. 

Peran serta manusia dalam menghadirkan Kerajaan Allah bagaikan menyumbang paku, pasir, semen, besi, kayu, papan. Namun Arsitek, Designer dan Insinyurnya adalah Tuhan sendiri. Yesus mengajarkan akan pentingnya mendoakan kehadiran Kerajaan Allah. Yesus juga mengajarkan kita untuk mencari dahulu Kerajaan-Nya. Kerajaan Allah berkarakteristikan damai sejahtera, keindahan, harmonis, sejuk, nyaman, adil, bahagia, ramah…yang tercakup dalam kata Shalom

Kiranya Shalom TUHAN juga dihadiahkan kepada Bapak Ho (ayah dari ibu Fikian) yang berusia 70 tahun. Saya ucapkan “Selamat Ulang Tahun” kepada Bapak Ho. Tuhan bersabda, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu” (Yes. 46:4).



Menu sedap siap dimakan
Dipersiapkan Pak Sudiono dan Nyonya
Doa berkat kami panjatkan
Berbahagia kini dan selamanya

















Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12