Thursday, 2 May 2013

CERMINAN DIRI!




 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:27)
Kita tidak bisa melihat wajah diri kita sendiri kecuali melalui cermin, foto maupun video. Kita juga tidak dapat melihat bagian belakang diri kita sendiri tanpa alat bantu. Apakah Anda mengingat wajah dirimu sendiri? Apakah Anda dapat menggambarkan dirimu sendiri di dalam pikiran Anda sambil memejamkan mata? Apakah Anda pernah mendengar rekaman suaramu sendiri? Apakah sama seperti dengan suaramu sendiri seperti yang Anda dengar? Tidak sedikit orang-orang yang melihat wajahnya sendiri di cermin dan kemudian lupa akan wajahnya sendiri. Umumnya, manusia juga merasa suara rekaman mereka tidak sama dengan suara mereka yang biasa mereka dengar. Yakobus mengingatkan, “Jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya” (Yak 1:23-24).

Sebenarnya pengenalan diri kita tentang kita sendiri tidak sempurna. Kita hanya dapat mengenal diri kita sendiri melalui Roh Kudus yang diam di dalam diri kita. Kita hanya bisa mengenal diri kita sendiri melalui pengenalan kita tentang TUHAN. Paulus menegaskan, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1 Korintus 13:12).
Nah, oleh karena pengenalan yang tidak sempurna, manusia cenderung meremehkan dirinya sendiri. Tidak menyadari bahwa dirinya dirancang dan diciptakan oleh Yang Maha Kuasa untuk pekerjaan yang mulia. Apabila seseorang meremehkan dirinya sendiri maka Ia sedang meremehkan TUHAN. Apabila seseorang tidak menghargai dirinya sendiri maka ia sama dengan tidak menghargai TUHAN yang menciptakan dirinya. Sebagian besar orang ketika mereka bercermin, mereka tidak merasa puas dengan penampilan diri mereka sendiri. Sebenarnya diri kita yang berada di dalam cermin bukanlah diri kita yang sebenarnya melainkan hanya berupa pantulan tentang diri kita. Menatap seseorang melalui cermin sangat berbeda dengan melihat seseorang secara langsung. Saat melihat seseorang melalui cermin kita akan merasakan adanya sebuah ganjalan, bahwa orang yang berada di dalam cermin tidak semenarik orang yang sebenarnya.

Media periklanan telah menentukan parameter terhadap definisi kecantikan. Kecantikan seseorang ditentukan oleh warna kulit, bentuk wajah serta bentuk tubuh. Seseorang yang cantik adalah seseorang memiliki 3 K alias kurus kering kolintang. Wajah yang terlalu bulat tidak cantik melainkan harus memiliki dagu yang lebih kecil. Padahal, wajah-wajah yang tampak di majalah maupun billboards merupakan hasil make-up dan photoshop.
Apakah Anda merasa diri Anda sangat tidak berharga? Kemudian memberi label harga pada diri sendiri? Kita menganggap nilai diri kita ditentukan oleh penambahan nilai atau “additional value” dengan kata lain kita menjadikan diri kita sendiri sebagai komoditas. Keberhargaan diri kita bukan ditentukan oleh apa yang kita miliki “having”. Kita tidak melihat nilai diri kita dari betapa berharganya diri kita menurut TUHAN. Yesus bertanya..
“Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Matius 10:29-31).
Oleh karena betapa berharganya diri kita sehingga TUHAN mencari kita. TUHAN bersabda…
“Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya” (Yehezkiel 34:16).
Siapakah diri kita sebenarnya? Kita telah dikenal TUHAN bahkan pada saat kita dibentuk di dalam rahim ibu kita.
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (Yeremia 1:5).
Dengan kata lain, keberadaan kita bukanlah sebuah kebetulan melainkan kita dirancang khusus untuk pekerjaan baik, pekerjaan yang mulia. Pekerjaan baik bukan perbuatan baik. Perbuatan baik cenderung bersifat permukaan (superficial) bahkan seringkali dilakukan demi diri sendiri akan tetapi pekerjaan baik bersifat mulia, indah dan bermakna. Pekerjaan baik tidak bersifat egoistik melainkan berkarya bersama TUHAN di dalam Kerajaan-Nya. Dengan kata lain, kita dirancang untuk berkarya di dalam TUHAN. Ingat bahwa hidup ini bukan atas dasar “doing” melainkan “being” yakni “Kita hidup di dalamnya” oleh sebab itu Paulus menjelaskan…
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10).
Kita tidak mengenal diri kita karena kita menggunakan cermin yang salah. Firman TUHAN merupakan cermin terbaik.

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12