Maka Allah
menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya
dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:27)
Kita tidak bisa melihat wajah diri
kita sendiri kecuali melalui cermin, foto maupun video. Kita juga tidak dapat
melihat bagian belakang diri kita sendiri tanpa alat bantu. Apakah Anda
mengingat wajah dirimu sendiri? Apakah Anda dapat menggambarkan dirimu sendiri
di dalam pikiran Anda sambil memejamkan mata? Apakah Anda pernah mendengar
rekaman suaramu sendiri? Apakah sama seperti dengan suaramu sendiri seperti
yang Anda dengar? Tidak sedikit orang-orang yang melihat wajahnya sendiri di
cermin dan kemudian lupa akan wajahnya sendiri. Umumnya, manusia juga merasa
suara rekaman mereka tidak sama dengan suara mereka yang biasa mereka dengar. Yakobus
mengingatkan, “Jika seorang hanya
mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang
sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang
dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya” (Yak
1:23-24).
Sebenarnya pengenalan diri kita
tentang kita sendiri tidak sempurna. Kita hanya dapat mengenal diri kita
sendiri melalui Roh Kudus yang diam di dalam diri kita. Kita hanya bisa
mengenal diri kita sendiri melalui pengenalan kita tentang TUHAN. Paulus
menegaskan, “Karena sekarang kita melihat
dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat
muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi
nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1
Korintus 13:12).
Nah, oleh karena pengenalan
yang tidak sempurna, manusia cenderung meremehkan dirinya sendiri. Tidak
menyadari bahwa dirinya dirancang dan diciptakan oleh Yang Maha Kuasa untuk
pekerjaan yang mulia. Apabila seseorang meremehkan dirinya sendiri maka Ia
sedang meremehkan TUHAN. Apabila seseorang tidak menghargai dirinya sendiri
maka ia sama dengan tidak menghargai TUHAN yang menciptakan dirinya. Sebagian
besar orang ketika mereka bercermin, mereka tidak merasa puas dengan penampilan
diri mereka sendiri. Sebenarnya diri kita yang berada di dalam cermin bukanlah
diri kita yang sebenarnya melainkan hanya berupa pantulan tentang diri kita. Menatap
seseorang melalui cermin sangat berbeda dengan melihat seseorang secara
langsung. Saat melihat seseorang melalui cermin kita akan merasakan adanya
sebuah ganjalan, bahwa orang yang berada di dalam cermin tidak semenarik orang
yang sebenarnya.
Media periklanan telah
menentukan parameter terhadap definisi kecantikan. Kecantikan seseorang
ditentukan oleh warna kulit, bentuk wajah serta bentuk tubuh. Seseorang yang
cantik adalah seseorang memiliki 3 K alias kurus
kering kolintang. Wajah yang terlalu bulat tidak cantik melainkan harus memiliki
dagu yang lebih kecil. Padahal, wajah-wajah yang tampak di majalah maupun
billboards merupakan hasil make-up dan photoshop.
Apakah Anda merasa diri Anda
sangat tidak berharga? Kemudian memberi label harga pada diri sendiri? Kita
menganggap nilai diri kita ditentukan oleh penambahan nilai atau “additional
value” dengan kata lain kita menjadikan diri kita sendiri sebagai komoditas.
Keberhargaan diri kita bukan ditentukan oleh apa yang kita miliki “having”. Kita tidak melihat nilai diri
kita dari betapa berharganya diri kita menurut TUHAN. Yesus bertanya..
“Bukankah burung pipit dijual
dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar
kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu
janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”
(Matius 10:29-31).
Oleh
karena betapa berharganya diri kita sehingga TUHAN mencari kita. TUHAN
bersabda…
“Yang hilang akan Kucari, yang
tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan,
serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka
sebagaimana seharusnya” (Yehezkiel 34:16).
Siapakah
diri kita sebenarnya? Kita telah dikenal TUHAN bahkan pada saat kita dibentuk
di dalam rahim ibu kita.
"Sebelum Aku membentuk
engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar
dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi
nabi bagi bangsa-bangsa" (Yeremia 1:5).
Dengan
kata lain, keberadaan kita bukanlah sebuah kebetulan melainkan kita dirancang
khusus untuk pekerjaan baik, pekerjaan yang mulia. Pekerjaan baik bukan
perbuatan baik. Perbuatan baik cenderung bersifat permukaan (superficial)
bahkan seringkali dilakukan demi diri sendiri akan tetapi pekerjaan baik
bersifat mulia, indah dan bermakna. Pekerjaan baik tidak bersifat egoistik
melainkan berkarya bersama TUHAN di dalam Kerajaan-Nya. Dengan kata lain, kita
dirancang untuk berkarya di dalam TUHAN. Ingat bahwa hidup ini bukan atas dasar
“doing” melainkan “being” yakni “Kita hidup di dalamnya”
oleh sebab itu Paulus menjelaskan…
“Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya
kita hidup di dalamnya” (Efesus
2:10).
Kita
tidak mengenal diri kita karena kita menggunakan cermin yang salah. Firman
TUHAN merupakan cermin terbaik.