TUHAN
menangis, meratapi Yerusalem. Ketika Yesus mendekat kota Yerusalem, ia melhat
kota itu dan meratapinya (Luk 19.41).Mengapa Yesus meratapi Yerusalam?
Yesus berkata,
“Yerusalem,
Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari degan batu orang-orang
yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi engkau
tidak mau” (Luk 13.35).
Andrew
Sung Park, seorang teolog Korea Selatan memperkenalkan teologia 恨Han. Menurut
Park, Han merupakan kata yang sulit diterjemahkan. Kata ini berarti membenci,
marah atau terluka. Dalam bahasa Mandarin kata yang sama dibaca Hen yang artinya membenci. Park merasa
sayang karena doktrin dosa gereja hanya berkonsentrasi pada pendosa dan
melupakan korban penindas. Park melihat adanya keterkaitan yang erat antara
dosa dan han. Park menunjukkan
tentang pentingnya rekonsiliasi dengan korban penindas melalui perintah Yesus
tentang pengampunan dosa yang dicatat oleh Matius.
Sebab itu,
jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat
akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah
persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan
saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Mat 5.23-24)
Park
menekankan bahwa pembenaran seseorang terletak pada rekonsiliasi dengan korban.
Teologia Han yang dikembangkan oleh
Park sangat menarik untuk dipelajari. Dan saya setuju dengan Park, hanya saya
tidak akan berhenti di situ melainkan menurut saya teologia Han harus dilengkapi dengan teologia 疼Teng. Teng dalam bahasa Mandarin mengandung
arti sakit dan sayang. Kaki ku sakit (teng),
aku menyayangimu (teng). Menurut saya, teng merupakan obat yang paling tepat untuk mengobati hen (kebencian), atau Han dalam bahasa Korea.
Setiap
orang memiliki sisi yang sulit dalam hidupnya. Setiap orang menghadapai
tantangan dan kepahitan hidup. Mungkin juga setiap orang pernah dilukai? Pertanyaannya
adalah, “apa yang kita lakukan dengan
penderitaan kita?” Dalam film Les Miserables, Anne Hathaway yang berperan
sebagai Fantine menyanyikan, “life has killed the dream I dream” (hidup telah
membunuh mimpi yang aku mimpikan). Seperti yang terkandung di dalam kisah novel
Les Miserables karya Hugo, Fantine mengalami hidup yang sulit. Ia dihamili oleh
seorang pria yang kemudian meninggalkan dirinya. Kemudian ia bekerja di sebuah
pabrik dan ketika orang-orang pabrik mengetahui bahwa dia punya seorang anak
kecil di luar nikah, ia pun dipecat. Ia terpaksa menjual rambut dan bahkan
melacurkan diri demi menebus putrinya dari perbudakkan.
Gereja
seringkali menjadi ahli-ahli Taurat yang mengusir para pendosa. Gereja menjadi
terlalu kudus untuk dapat menerima orang-orang yang jatuh. Tidak ada yang dapat
menjadi bagian dari gereja kecuali menjadi seperti “gereja” itu sendiri yakni
menjadi seorang ahli Taurat juga. Bahkan TUHAN Sendiri tidak dikenal, ditolak
dan dibunuh oleh gereja sendiri “Mahkamah Agama” di zaman Yesus. Gereja senang
melakukan pendakwaan. Apakah karena gereja telah menjadi budak atau pengikut Si
Pendakwa (Wahyu 12.10)? Mengapa gereja tidak menjadi pengikut Kristus yang
mengampuni?
TUHAN
menyayang dan menderita rasa sakit demi manusia. Salib merupakan jalan TUHAN “menghadapi kebencian tanpa menjadi
kebencian” (Rohr 2001, 33). Rohr mengingatkan bahwa apabila kita tidak mentransformasi
rasa sakit maka kita akan menyebarkan rasa sakit (Rohr 2001, 23). Yesus
merupakan teladan menghadapi kebencian tanpa menjadi kebencian, menghadapi rasa
sakit tanpa ditaklukkan oleh rasa sakit. Oleh sebab itu Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23.34).