“I am narcissistic, therefore I exist” mungkin sudah
menjadi slogan yang tidak disadari dalam kehidupan manusia modern. Kata “narsis” sudah bukan lagi kata yang asing
di dalam kehidupan modern. Dalam dunia psikologi, NPD atau narcissistic
personality disorder merupakan salah satu penyakit jiwa manusia dengan
gejalag-gejala seperti:
- Bereaksi terhadap kritikan dan masukan dengan marah dan merasa terhina.
- Memanfaatkan atau mengeksploitasi orang lain demi keuntungan pribadi.
- Membesar-besarkan kemampuan, pencapaian dan kehebatan diri sendiri.
- Berfantasi membayangkan kesuksesan, kecantikan, kecerdasan, pencapaian maupun romantisme pribadi
- Sangat mudah irihati maupun tersinggung
- Pujian, penerimaan dan perhatian orang lain menjadi “nafas hidup”nya
- Terobsesi dengan dirinya sendiri
- Mudah terluka dan merasa ditolak
- Emosional
- Tidak berempati, berempati pun demi memperoleh perhatian, pujian maupun empati kembali
- Tidak minta maaf, karena mereka tidak pernah salah.
Menurut definisi Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders III – Revised..
- Seorang yang narsis menampilkan fitur grandiosity (kebesaran atau sifat muluk) dalam berfantasi dan bersikap.
- Hypersensitive terhadap kritikan dan evaluasi orang lain
- Menjadikan diri sangat istimewa dan penting secara berlebihan untuk menutupi perasaan tidak berharga.
- Asyik dengan sukses (fantasi), kecerdasan, kecantikan dan kemampuan diri
- Merasa diri sendiri lebih berhasil dari orang lain
- Cemburu, iri hati dan marah apabila ada orang yang lebih berhasil dari dirinya
- Suka pamer
- Tidak peduli pada sesama (hanya peduli pada diri sendiri)
- Suka memancing pujian
- Memanipulasi dan mengeksploitasi sahabat (bersahabat demi tujuan pribadi).
- Suka berpura-pura dan senang mengesankan orang lain.
- Tidak mampu memahami kompleksitas emosi orang lain
- Senang dikagumi
- Tidak mempercayai dan tidak menghargai orang lain
- Menjalin hubungan secara superficial (permukaan saja)
Sejak
kecil, anak-anak sudah dibentuk untuk menjadi narsis. Anak-anak dipanggil
dengan sebutan “tuan putri, bos, pangeran.” Perayaan-perayaan ulangtahun dengan
karpet merah. Acara “Supermodel” digelar. Ibu-ibu mempunyai program “mommy
makeover” agar menjadi cantik kembali. Definisi cantik ditetapkan oleh media – “hitam
itu jelek, putih itu cantik. Gemuk itu jelek, kurus baru cantik.” Kecantikan,
operasi plastik, self-branding (diri
yang bermerek) menjadi fitur-fitur yang sangat dibutuhkan untuk mempresentasi
diri. Mentalitas “Ayo, Lihat Saya!” secara bertahap menjadi wabah global.
Kekaguman terhadap diri sendiri dipromosi dimana-mana.
Salah
satu contoh kepribadian narsistik dalam Alkitab adalah ibu yang anaknya
meninggal dunia kemudian ingin merebut anak temannya. Oleh karena dirinya
sendiri kehilangan anak, dia senang apabila temannya juga kehilangan anak.
Kasus ini kemudian ditangani oleh raja Salomo (1 Raja-raja 3.16-27). Prinsip
ibu yang narsis itu adalah, “kalau saya kehilangan anak, kamu juga harus
kehilangan anak”. Paulus juga mengingatkan kita akan bahaya narsisme dalam
suratnya kepada Timotius. Manusia akan mencintai dirinya sendiri, menjadi hamba
uang, membual, menyombongkan diri, memfitnah, memberontak terhadap orangtua,
tidak tahu berterima kasih, tidak mengasihi, tidak mau berdamai, suka
bertengkar, suka menjelekkan orang lain, tidak dapat mengekang diri, berlagak
tahu, menyenangi hawa nafsu (2 Timotius 3.1-5). Yakobus juga memperingatkan hal
yang serupa, “jangan iri hati, mementingkan diri sendiri, memegahkan diri dan
berdusta melawan kebenaran” (Yakobus 3:14-16). Paulus menegaskan, “pengetahuan
membuat orang menjadi sombong” (1 Kor 8:1). Manusia narsis bagaikan manusia
balon yang mengembang dan mengempis dan berwarna warni dilengkapi dengan
berbagai bentuk yang menarik.
Orang
yang narsis selalu berpindah dalam 2 poros yakni “apakah saya mantap?” dan “apakah
saya parah?” Orang yang narsis selalu mengenakan slogan “Aku istimewa!”
Keistimewaan orang narsis berfondasikan atas dasar apa yang mereka miliki, apa
yang telah mereka capai dan apa yang tampilkan. Keistimewaan yang tidak istimewa
terus diciptakan untuk mengisi perasaan yang hampa. Teman-teman merayakan
ulangtahun di KFC, maka agar lebih istimewa saya merayakan di McDonald.
Teman-teman merayakan ulangtahun di McDonald, saya tidak mau sama dengan
mereka, saya ingin lebih istimewa, saya mau merayakan di Pizza Hut dengan
karpet merah. Pada prinsipnya tidak jauh berbeda, substansi tetap saja sama.
Inilah yang disebut dengan keistimewaan yang tidak istimewa. Keistimewaan yang
sebenarnya adalah “Anda tiada duanya” dan “Anda dicintai TUHAN” dan bukan pada
apa yang Anda miliki atau apa yang telah Anda capai. Menjadi “yang terutama”
dijadikan sebagai target dan “yang terakhir” dipandang sebagai kegagalan yang
memalukan. Akan tetapi Yesus mengatakan, “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan
yang terakhir akan menjadi yang terdahulu” (Matius 19.30).