Setiap kita dibesarkan dengan sebuah pola pikir dan cara pandang tertentu dalam bahasa filosofisnya setiap kita memiliki pandangan dunia (worldview) dan pola pengetahuan (epistemology) tersendiri. Prosesnya cukup kompleks sebab kita menerima didikan dari orangtua, institusi sekolah, institusi agama, masyarakat dan ditambah berbagai pengalaman serta respon di dalam diri kita. Yang mudah terlihat adalah perbedaan setiap orang dalam tingkat kebersihan, kerapian maupun kesediaan untuk berbagi. Cara memandang orang juga berbeda, ketika melihat seorang yang tampak kotor dan dalam kondisi lapar yang satu bisa berpikir bahwa orang itu patut dikasihani dan diberikan sedekah dan yang satu lagi berpikir bahwa keadaan orang itu adalah wajar akibat dari kemalasan dirinya sendiri.
Mulai abad-13, seminari-seminari digantikan oleh universitas yang mengajarkan paradigma baru yang kemudian melahirkan modernitas. Penggunakan logika abstrak sistematis mulai diterapkan dan yang kemudian menciptakan pola pikir rasionalisme. Rene Descartes termasuk orang pertama yang mengusulkan pencarian kebenaran objektif. Ia memulai investigasi terhadap dunia ini dengan meragukan segala sesuatu termasuk eksistensi dirinya sendiri. Ia hanya mempercayai logikanya untuk jawaban yang paling tepat. Sejak saat itu, teori ilmiah menjadi penentu fakta dan keabsahan teori ilmiah jarang diragukan oleh sebab spesialisasi di bidang pengetahuan ilmiah sehingga orang-orang awam tidak mampu membedakan antara fakta sebenarnya ataupun fakta yang berdasarkan teori yang tidak dapat dibuktikan secara utuh.
Kemudian John Locke beragumen bahwa manusia adalah tuhan di dunia untuk memerintah dan mendominasi dunia maka terjadilah ledakan perkembangan inovasi teknologi dalam kecepatan tinggi. Di dukung industrialisasi dan kapitalisme, sistem ekonomi dunia berkembang hingga menganut MacDonaldisasi dengan teknik yang menekankan efisiensi, kalkulabilitas, prediktibilitas dan kendali. Dan yang kemudian terjadi adalah manusia hanya mengutamakan kesenangan di depan tanpa lagi mempedulikan sejarah generasi masa lalu maupun kesejahteraan generasi masa depan, yang penting adalah apa yang bisa dinikmati saat ini. Hilangnya kanopi sakral menjadikan hidup manusia kehilangan makna dan rasa aman. Walaupun sudah kehilangan makna manusia tetap saja bersikeras memandang makna di dalan upaya pengejaran materi yang memberikan kepuasaan sementara.Tidak heran apabila manusia menganut motto, “I shop therefore I am” dan “I have therefore I exist”.
Pendewaan materi menjadikan epistemology manusia modern berorientasi pada “thing-knowledge”. Dia adalah seorang pria, bekerja di perusahaan A, memegang gelar Ph.D dan mengendarai Mercedes biru. Secara tidak langsung manusia lebih menjadikan sesama manusia sebagai “objek” dan tidak lagi sebagai sesama “subjek” yang memiliki rupa dan gambar Allah. Manusia cenderung menciptakan pengetahuan untuk menjelaskan realita yang berada di atas kemampuannya dan berupaya untuk memperoleh penjelasan dengan metode penemuan sendiri. Pengetahuan yang salah dapat menuntun kepada kerusakan fatal oleh sebab itu Paulus menegaskan pentingnya memiliki pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar (dianota atau deep thought) bukanlah pengetahuan hasil rekayasa manusia berdasarkan teori-teori ilmiah yang terbatas melainkan pengetahuan yang diberikan oleh Allah. Allah menginspirasi dengan hikmat dan pengetahuan yang berbeda dengan dunia yang bahkan dianggap bodoh oleh dunia. Pengenalan akan Allah adalah mysterium tremendum. Untuk mengenal Dia, manusia mesti berserah secara totalitas sebab Dia melampaui segala logika dan pengertian. Ayub menegaskan, “Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?” (Ayub 11.7).
Pengenalan TUHAN yang benar menuntun kepada pengertian dan hikmat sehingga kita tidak lagi menyalahpahami Dia. Dengan demikian relasi kita dengan TUHAN pun tidak lagi dirusak oleh kecurigaan dan kesalahpahaman kita. Pengenalan TUHAN yang benar juga akan menuntun kita kepada restorasi relasi dengan sesama sebab kita akan memahami hati TUHAN bagi umat manusia. Benar bahwa manusia membutuhkan komunitas seperti kata pribahasa “I belong therefore I am”. Kristus yang naik ke sorga akan datang kembali sebagai Raja dan Kerajaan-Nya akan digenapi penuh pada saat itu. Dan Gereja-Nya adalah inti dari Kerajaan-Nya. Tidak ada yang namanya orang Kristen individu. Tetapi setiap orang perlu mengorbankan kepentingan pribadi untuk kesatuan Tubuh Kristus. Setiap anggota mesti hidup bersama di dalam kerukunan dan keharmonisan. Sebab karakteristik dari komunitas ini adalah agape (kasih) dan koinonia (perhatian tanpa pamrih). Paulus mengingatkan bahwa Tuhan berkuasa atas seluruh Arkhe (principalities) dan Ia menyediakan Kleronomia (inheritance) bagi orang-orang yang dipanggil-Nya. Dan orang-orang yang dipanggil-Nya disatukan di dalam Tubuh Kristus.
Kecurigaan maupun kesalahpahaman di dalam persahabatan seringkali disebabkan ketidakenalan dengan benar. Kemudian kita menduga-duga dan berasumsi dan menganggap opini kita sebagai fakta. Setelah memiliki satu sudut pandang, maka kita cenderung akan berpikir tentang seseorang dari sudut pandang yang sudah kita tetapkan dan kemudian kita meyakinkan diri untuk mempercayai teori kita. Oleh sebab itu, kita cenderung menarik kesimpulan menurut sudut pandang awal kita yang sudah kita tetapkan. Paradigm kita hanya bisa berubah apabila kita berupaya untuk memahami dan melihat dari sudut pandang kita, tetapi seringkali kita akan mencari 1001 alasan untuk menolaknya dan membiarkan emosi kita mengelabui hikmat kita.
Good relationship with a friend requires right knowledge of him or her