Wednesday, 15 June 2016

SAHABAT BUMI


Hari ini, 5 Juni 2016 adalah Hari Lingkungan Hidup Se-dunia alias World Environment Day. Tujuan dari penetapan Hari Lingkungan Hidup oleh PBB adalah untuk meningkatkan kesadaran global dalam memelihara alam di planet bumi ini. TUHAN Sang Pencipta memiliki relasi yang sangat dekat dengan ciptaan-Nya (Mazmur 104). Pemazmur mengatakan, “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membarui muka bumi” (Mzm. 104: 30). Dalam bukunya, The Space Between, Eric O. Jacobsen (2012, 32) memaparkan bahwa kita hidup di antara Taman Eden dan kota Yerusalem Baru. Kehidupan manusia merupakan sebuah perjalanan dari Taman Eden menuju kota Yerusalem Baru. Perjalanan tersebut tidak sebatas melewati waktu, tetapi sebuah kehidupan yang semestinya bahagia dan berkelimpahan (The good and flourishing life).

Inner City Christian Federation (ICCF) di Grand Rapids, Michigan memiliki misi dalam menciptakan lingkungan tempat tinggal yang manusiawi. Mereka menganut nilai bahwa setiap manusia diciptakan menurut gambar Allah dan patut dihargai dan memperoleh kesempatan untuk hidup di lingkungan tempat tinggal yang layak, dan keindahan merupakan hadiah dari Allah untuk memperkaya kehidupan manusia. Wolterstorff (2013, Kindle Edition: Location 3376) dalam karyanya, Journey toward justice, menyatakan bahwa kesempatan untuk tinggal di lingkungan yang indah dan nyaman bukanlah sebuah pilihan kemewahan melainkan karena keadilan menuntutnya. Ciptaan TUHAN tidak sekadar untuk memenuhi kebutuhan fisik kita tetapi juga untuk kesenangan kita (Yes. 25:6).

Melelehnya es di kutub akibat pemanasan global telah menenggelamkan beberapa pulau dan telah memaksa sebagian penghuni berpindah dari pulau-pulau tersebut ataupun berpindah ke dataran yang lebih tinggi. Bagaimana apabila persoalan ini terus dibiarkan? Bukankah dampaknya akan semakin parah? Sebagian orang mungkin beragumen, bukankah dengan merusak alam dapat mempercepat kedatangan Kristus. Dalam tulisan pendek ini, saya tidak bisa mendiskusikan perdebatan pandangan dua-kerajaan dengan pandangan Neo- Calvinisme Kuyper soal penebusan kerajaan (common kingdom). Yang pasti, TUHAN telah mempercayakan manusia untuk memelihara bumi ini, namun justru manusia merusaknya demi mengejar keuntungan. Apabila kita mengasihi generasi berikutnya, semestinya kita mempertimbangkan kelanjutan lingkungan hidup dan bukannya menghancurkannya demi keuntungan di depan mata kita. Hukum Taurat juga mengajarkan akan pentingnya memperhatikan kelangsungan atau kelanjutan alam (sustainability). Misalnya, Ulangan 22:6 yang mengajar tentang melindungi induk burung apabila kita mengambil telurnya dan Ulangan 20:19 yang mengajar tentang melindungi lingkungan hidup demi kelangsungan hidup manusia. Sebagai ciptaan TUHAN, kita adalah sahabat bumi ciptaan-Nya.

Dosa telah menyebabkan segala makhluk menderita (Roma 8:22). Di dalam Kristus, segala sesuatu diciptakan dan Kristus adalah Kepala segala sesuatu (Kol. 1:15-16). Kristus adalah yang mempersatukan seluruh ciptaan (Ef. 1:10). Sebagai Kepala, Kristus tidak meninggalkan ciptaan-Nya tetapi justru Ia memperdamaikan segala sesuatu oleh darah salib-Nya (Kol. 1:20). Terlebih lagi, inkarnasi Kristus dan kebangkitan tubuh, mengimplikasikan perhatian TUHAN terhadap penebusan dan pemulihan ciptaan-Nya. Kita dipanggil untuk melaksanakan mandat budaya (Kej. 1:28) dalam memulihkan dan memperbarui ciptaan Tuhan. Puncak dari pemulihan dilambangkan oleh daun pohon-pohon kehidupan di kota Yerusalem Baru (Wahyu 22:2) sehingga The Green Leaf menjadi simbol pemulihan. Melalui artikel ini saya mengajak Saudara untuk menjadi Sahabat Bumi ciptaan TUHAN! 

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12