Monday, 11 May 2015

PANGGILAN SEORANG ISTRI

Dalam rancangan TUHAN, tidak baik bagi manusia untuk seorang diri saja. TUHAN memberikan manusia untuk melaksanakan mandat-Nya yakni “mengusahakan dan memelihara” ciptaan-Nya (Kej 2:15). TUHAN ingin manusia berkarya dan mengembangkan ciptaan-Nya dimulai dengan memberikan nama kepada binatang (Kej 2:20). Memberi nama merupakan upaya untuk mengenal ciptaan Allah. Mengenal karakteristik dan keunikannya setiap binatang merupakan tahap awal dalam mendominasi makhluk ciptaan Allah. Hal ini bagaikan ketika saudara dihadiahkan sebuah smartphone, Saudara belajar mengenal fitur dan cara penggunaan serta perawatan smartphone tersebut. Tuhan ingin manusia mengembangkan (progress) peradaban - sebuah progress dari Taman Eden hingga Kota Taman (Yerusalem Baru).
Penugasan dari Yahweh atau yang sering kali dikenal dengan istilah “mandat budaya” membutuhkan kerjasama. Oleh sebab itu TUHAN Allah berfirman, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong (ezer) baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2:18).  Yahweh sedang berbicara dengan siapa? Ada yang berargumen bahwa Yahweh sedang berbicara kepada malaikat tetapi tidak ada indikasi bahwa malaikat dilibatkan dalam karya penciptaan. Para teolog berpendapat bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus berinteraksi dalam penciptaan. Kemudian mengapa Yahweh berkata, “Tidak baik”, bukankah sebelumnya Yahweh selalu berkata, “baik”? Mengapa setelah menciptakan manusia bahkan dengan kesimpulan “sungguh amat baik”, kini menjadi tidak baik?” Kesepian itu tidak baik, kesepian bukan bagian dari rancangan Yahweh. Yahweh menciptakan manusia dan ingin menjadikan manusia sebagai makhluk sosial.
Kata “penolong” di sini berarti mendukung, menolong, berbagi tugas yang sama dan juga bisa berarti bantuan militer, bantuan dari Tuhan. Juga berarti “tidak lengkap” tanpa penolong. Ezer berarti “helper-companion” (sahabat penolong). Jadi, kata “ezer” disini juga bisa diterjemahkan sebagai “sahabat” (baca Kidung Agung 5:16). Panggilan seorang istri adalah menjadi sahabat suaminya dan menolong suaminya untuk melaksanakan misi Allah di dunia ini yakni mengusahakan ciptaan Allah, mengusahakan kesejahteraan sesama dan menghadirkan Kerajaan Allah.   
Yahweh membuat penolong tersebut dari “tulang rusuk” manusia. Lalu Yahweh Allah membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Yahweh mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging” (Kej 2:21). Hal ini mengimplikasikan bahwa perempuan bukan makhluk yang lebih rendah. Perempuan bukan untuk diremehkan, dihina atau diperbudak melainkan untuk dirangkul, dipeluk, disayang. Tulang rusuk mengimplikasikan “kesepadanan”. Dengan kata lain, suami-istri merupakan sahabat yang sepadan, sahabat yang intim. 

Ketika menerima “penolong” tersebut, manusia itu berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kel 2:23). Hal ini mengimplikasikan kedekatan dan keintiman - telanjang tetapi tidak malu (Kej 2:25). Penolong yang sepadan ini sangat dekat bahkan disebut “satu daging” (Kej 2:24). Orang yang terdekat dengan dirimu di dunia ini adalah suamimu sendiri. Petrus menegaskan bahwa istri merupakan “teman pewaris dari kasih karunia yaitu kehidupan”, oleh sebab itu mereka perlu dihormati agar doa para suami tidak terhalang (1 Pet 3:7).

CINTA KASIH IBU YANG TRANS-RASIONAL

Rasional (masuk akal) dan irasional (tidak masuk akal) sedangkan trans-rasional berarti bukan rasional dan juga bukan irasional melainkan melampaui logika. Apa yang dilakukan oleh ibu Musa untuk menyelamatkan bayinya bersifat trans-rasional. Keluaran 2:1-10 tidak menyebut siapa nama ibu Musa. Nama ibu Musa baru diperkenalkan setelah perutusan Musa oleh TUHAN (Kel 6:19). Ketika seorang murid berprestasi orang akan bertanya, “siapa gurunya?” Jarang orang bertanya, “siapa ibunya?” Ibu merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Yang terpenting bagi dirinya bukan keberhasilan dirinya melainkan keberhasilan suami dan anak-anaknya. Mereka hidup seolah-olah mencurahkan seluruh hidupnya bagi orang lain. Tidak heran banyak wanita yang walaupun berprofesi sebagai wanita karir tetap menghindari dikenal sebagai wanita karir, tetap menekankan bahwa mereka adalah “istri dan ibu rumah tangga”. Walaupun berkarir, yang menjadi prioritas mereka bukan menaiki tangga karir sebab kesuksesan mereka adalah kebahagiaan dan kesejahteraan anggota keluarga. 
Yokhebed mengandung Musa di saat yang tidak tepat sebab Firaun memerintahkan pembunuhan terhadap setiap laki-laki yang lahir dari budak orang-orang Ibrani. Firaun termasuk orang yang paranoid, ia kuatir akan terjadi pemberontakkan apabila jumlah laki-laki orang-orang Ibrani terus bertambah dari tahun ke tahun. Maka ia menggencarkan pembunuhan terhadap semua bayi laki-laki Ibrani sebagai bentuk pengendalian jumlah budak. Dalam kondisi seperti demikian Yokhebed mengandung. Apakah dia berusaha untuk menyembunyikan kehamilannya? Firaun memerintah bidan-bidan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dalam keluar Ibrani. Firaun berharap para bidan ini bisa menjadi “pembunuh bayaran”. Namun ternyata, bidan-bidan itu takut kepada Yahweh. Mereka mengatakan kepada raja Mesir bahwa perempuan-perempuan Ibrani itu kuat-kuat, perempuan-perempuan Ibrani sudah bersalin sebelum mereka tiba. Seolah-olah mereka melahirkan semudah ayam bertelur. Maka Firaun memerintahkan seluruh rakyatnya untuk melemparkan setiap bayi laki-laki yang lahir ke dalam sungai Nil. Tidak heran apabila setiap ibu-ibu Ibrani yang mengandung harus sangat berhati-hati sebab mereka telah menjadi perhatian seluruh rakyat Mesir. Tidak sedikit orang-orang Mesir yang menantikan kesempatan untuk melemparkan bayi laki-laki yang lahir ke dalam sungai Nil. Membuang bayi orang-orang Ibrani ke sungai Nil menjadi permainan yang seru dan menyenangkan. 
Yokhebed tidak bisa melakukan USG di RS Awal Bros maupun klinik Aeskulap oleh karena teknologi USG belum ada pada saat itu. Tidak bisa diketahui terlebih dahulu apakah anak Yokhebed ini berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Apakah Yokhebed berharap ia melahirkan anak perempuan? Saya tidak tahu. Yang jelas, jika anak yang dilahirkan ini perempuan, maka dia dapat hidup bersama mereka akan tetapi jika anak ini laki-laki, dia akan dibunuh. Yokhebed pasti sangat takut ketika masa bersalin sudah tiba. Dia harus hati-hati, jangan sampai ada orang Mesir yang mengetahui persalinannya sebab mereka akan merampas bayinya dan dibuang ke dalam sungai Nil apabila bayi ini laki-laki. Amran mungkin juga gelisah, “bagaimana kalau ternyata anak ini berjenis kelamin laki-laki?” Pada saat persalinan, Amran melihat bayinya, “Cilukkk ba, celaka! Ternyata laki-laki”. 
Yokhebed melihat Musa manis dan cantik. Para Majelis Jemaat mengunjungi Yokhebed dan berkata bahwa anak ini “lucu”. Yokhebed menyembunyikan Musa selama 3 bulan. Yokhebed mengambil resiko yang besar yang tidak rasional demi melindungi anak ini. Jika diketahui, mungkin hal tersebut bisa membahayakan nyawa seluruh anggota. Yokhebed mungkin bertanya kepada suaminya, “yang, bagaimana yah dengan anak bungsu kita? Harus di ke manakan ya? Apakah Yahweh akan melindungi anak ini?” Suaminya mungkin berespon, “Bagaimana Yahweh pernah menyelamatkan manusia?” Yokhebed mendapat ide cemerlang, “Ah hah! Bahtera Nuh!” Yahweh pernah menyelamatkan manusia dengan menggunakan bahtera Nuh. Bagaimana kalau kita membuatkan bahtera kecil dari peti pandan dan kita masukan bayi ini ke dalamnya. Semoga Yahweh menyelamatkan putra kita ini.” Mereka menyadari bahwa mereka tidak sanggup menyelamatkan bayi mereka tetapi Yahweh bisa. Dengan penuh iman mereka percayakan putra bungsu mereka kepada Yahweh. Oleh sebab itu, Ibrani 11:23 mencatat, “Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orangtuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.” Iman Yokhebed dan Amram telah menyelamatkan Musa dari pembunuhan raja karena merekat tidak takut kepada ancaman raja.  
Atas pemeliharaan Yahweh, Musa diangkat sebagai anak oleh puteri Firaun. Puteri Firaun tidak tega melihat seorang anak bayi yang mungkin tampak kedinginan dan kelaparan. Ia tidak tega membiarkan anak ini mati. Maka ia mengadopsi anak ini ke dalam asuhannya dan memberikan dia nama Moshe. Kakak Musa, Mariam menawarkan jasa babysitter kepada puteri Firaun dan disetujui. Mariam pun segera mendapati ibunya untuk mengasuh Musa. Kita tidak mengetahui berapa tahun Yokhebed mengasuh Musa. Saya percaya selain menerima pendidikan “universitas kerajaan Mesir”, Musa juga memperoleh didikan tentang Sang Pencipta akan kuasa dan janji-janji-Nya serta pimpinan-Nya kepada Nuh, Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf. 
Peran seorang ibu dan seorang istri memiliki dampak yang sangat besar baik pada diri suaminya maupun anaknya. Didikan seorang ibu menjadi bekal yang sangat berharga bagi anaknya. Walalupun seorang anak sering ngambek, kesal tetapi ketika mereka sakit mereka akan merindukan ibunya. Ketika bepergian mereka merindukan masakan ibunya. Walaupun sering menganggap ibunya cerewet tetapi jauh di dalam hati mereka menyadari perhatian dan kasih sayang ibunya. Anak-anak menyadari niat baik ibunya. Petrus berpesan, “hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Pet 3:7). 
Apa yang mampu seorang ibu kerjakan juga bersifat trans-rasional. Seorang ibu rumah tangga mampu bermulti-profesi. Dia adalah seorang waitress (Amsal 31:14), seorang chef (ayat 15), seorang investor (ayat 16), seorang akuntan (ayat 18), seorang philanthropist (ayat 20), seorang konsultan butik (ayat 21), seorang model yang stylist (ayat 22), seorang pebisnis (ayat 24), seorang planner (ayat 25), seorang edukator/pendidik (ayat 26). Seorang ibu rumah tangga juga berperan sebagai dokter, perawat dan juga barber. Tidak jarang, ia juga berperan sebagai seorang pencari barang, sebab setiap barang yang tidak bisa ditemukan oleh suami maupun anak-anaknya dapat ditemukan oleh dia. 

Cinta kasih ibu yang trans-rasional mencermikan Sang Pencipta yang mencintai dan memelihara ciptaan-Nya. Ibu-ibu mengalami paradoks antara penderitaan sakit bersalin dengan pengalaman cinta kasih terhadap bayinya. Ibu-ibu dikaruniakan kesempatan untuk mencintai dan mengasuh keajaiban ciptaan TUHAN yang termulia. Para isteri dan para ibu merupakan kawan sekerja Allah dalam memelihara ciptaan Allah. Mari kita mendoakan para isteri dan para ibu di dunia!

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12