Yesaya (Yahweh menyelamatkan)
aktif melayani di Yehuda pada sekitar 740 hingga 701 SM. Ia dipanggil untuk
melayani pada saat kematian raja Uzia pada sekitar tahun 740 SM (6:1). Ia
melayani di zaman yang berat di mana Yehuda secara bergantian diserang oleh
Asyur dan Mesir selama 40 tahun. Bagaimana seseorang bertahan hidup di tengah
peperangan dimana pengeboman, penculikkan, perampokan, perampasan, penindasan,
penganiayaan, pemerkosaan terjadi hampir setiap hari? Hidup dalam ketegangan
dan ketakutan selama 40 tahun dimana orang-orang harus siap untuk membela diri
sebab pilihannya hanya ada dua: membunuh atau dibunuh (to kill or to be killed).
Ketegangan seperti ini dapat menjadikan seseorang “paranoid”. Kehidupan kita
yang tegang, tergesa-gesa, tertekan berpotensi besar menjadikan “sangat reaktif
alias emosi kita mudah bergejolak, cenderung menghakimi orang lain, tidak
percaya sama orang, dan hati kita menjadi keras sekaligus lelah”.
Yesaya mencatat bahwa Yahweh
mengacungkan tangannya (melalui Asyur) ke arah puteri Sion, bukit Yerusalem
(10:32). Ia memotong dahan-dahannya dan menebang pohon yang tinggi itu dengan
kapak hingga jatuh (10:33-34). Yahweh menghukum puteri Sion karena arogansinya,
karena ketegaran tengkuknya. Puteri Sion meninggalkan Yahweh dan berpaling pada
dewa-dewa. Mereka menolak pemerintahan dan ketuhanan Yahweh. Tetapi Yahweh
tidak melenyapkan puteri Sion hingga habis tuntas melainkan Ia menyisahkan
tunggul dan dari tunggulnya akan tumbuh tunas baru. Bagaikan pohon ek (oak
tree) yang dapat tumbuh kembali walaupun ditebang. Yahweh tidak kehilangan
kendali di dalam amarah-Nya di saat Ia mendisplin puteri Sion. Seorang Raja
akan datang dari tunas Isai untuk menyelamatkan.
Dalam hidup ini kita selalu
dihantam badai – kanker, stroke, ditinggalkan pacar, kehilangan semangat
belajar, kehilangan semangat hidup. Berbagai tragedi kehidupan membuat manusia
merasa sedih. Ada yang sudah tidak berani berpacaran lagi karena sudah terlalu
sering gagal. Ada yang sudah tidak sanggup mempercayai orang lain lagi karena
terlalu sering ditipu. Ada yang menjadi sangat reaktif karena sering dijelekin
teman-temannya. Ada yang merasa frustasi karena biaya hidup terus meningkat
sedangkan penerimaan tidak banyak bertambah. Kita sedang bertahan di tengah
badai sambil menanti apakah badai akan berhenti. Kita sedang menantikan (bahasa
Latin Adventus - ketibaan) janji TUHAN untuk merestorasi kerusakan ciptaan-Nya.
Bukankah lebih baik apabila
pemerintah Indonesia tidak lagi korupsi? Bukankah lebih baik apabila setiap
orang hidup dengan harmonis? Bukankah lebih baik apabila ayah dan ibu berhenti
bertengkar? Bukankah lebih baik apabila ayah dan ibu berhenti mengomeli? Bukankah
lebih baik apabila kita bisa membeli makanan kesukaan, pakaian kesukaan atau
laptop kesukaan? Bukankah lebih baik apabila kita tidak dikendalikan oleh kuasa
konsumerisme dan hedonisme? Yesaya menyampaikan bahwa keadaan kita akan
berubah. Badai akan berakhir dan pelangi akan muncul. Kerusakan akan
direstorasi sebab Raja tunggul Isai akan datang memerintah.
Apa yang menjadi karakteristik
Raja ini? Ia “tidak menyimpang dari
kebenaran dan kesetiaan” (5). Mengapa? Karena Roh TUHAN, Roh Hikmat, Roh
Nasihat, Roh Pengenalan ada pada-Nya (2). Kehadiran Roh TUHAN, Roh Hikmat, Roh
Penasihat dan Roh Pengenalan pada diri seseorang menjadikan dirinya dewasa
secara spiritual. Roh TUHAN
memberikan kita keyakinan dan kekuatan karena kehadiran-Nya. Roh Pengenalan (pada TUHAN) menolong
kita untuk mengenal Allah dengan benar sehingga kita tidak dikuasai oleh amarah,
kedengkian dan kecurigaan. Roh Pengenalan memampukan kita untuk tidak merasa
“sok tahu”. Roh Hikmat memampukan
kita dalam pengendalian diri (self-control) dan pengambilan keputusan. Roh Penasihat memampukan kita untuk mendengarkan
dan menasihati sesama.
Kontras dengan hakim yang jahat
(10:1), Raja ini adalah Raja yang adil dan bijak. Ia tidak menghakimi dengan “sekilas pandang” (3). Manusia
cenderung menghakimi orang dengan sekilas pandang dan menarik kesimpulan bahwa
orang ini membosankan, dingin, tidak bertanggungjawab, tidak tahu diri,
pemalas. Tanpa sadar, seseorang langsung menjatuhkan penghakiman pada diri
orang lain hanya dengan “sekilas pandang”. Celakanya, ketika menilai dan
menghakimi menjadi suatu kebiasaan, seseorang akan cenderung menilai buruk
setiap orang yang ia temui.
Raja ini juga tidak menghakmi “menurut kata orang” (3). Tidak jarang
juga kita menilai atau menjatuhkan penghakiman diri kita pada seseorang
“menurut kata orang”. Kita langsung menyimpulkan atau memberi label pada
seseorang melalui apa yang kita dengar tentang dirinya. Sikap seperti demikian
sangat tidak adil terhadap orang (korban) tersebut.
Semakin sering seseorang mempraktekkan
kebiasaan menghakimi orang lain dengan “sekilas pandang” dan “menurut kata
orang” maka ia akan semakin didominasi oleh sikap suka menghakmi (judgmental).
Roh Hikmat menolong kita untuk menahan diri dari menilai, menghakimi dan
memberikan label pada diri seseorang. Roh Hikmat menolong kita untuk melihat
apa yang tidak terlihat, melihat pergumulan, kesepian, ketakutan dalam diri
seseorang secara mendalam dan memberikan kita sebuah pemahaman yang baru. Roh Pengenalan
menolong kita untuk mengenal talenta dalam diri seseorang dan melihat potensi dirinya.
Roh Penasihat memampukan kita untuk memotivasi, menguatkan dan meyakinkan seseorang
akan potensi dirinya.
Raja ini tidak menjatuhkan
hukuman yang tidak adil. Ia akan menghakimi orang-orang fasik yakni orang-orang
yang “hatinya jahat”. Orang-orang yang dipenuhi oleh arogansi, orang-orang yang
suka mengutuk orang lain dalam hati mereka. Orang-orang yang memandang orang
lain dengan hina. Orang yang tidak menghargai orang lain tetapi meremehkan dan
membenci yang lain.
Kedatangan Raja ini juga mengubah
ekologi. Binatang yang karnivora berubah menjadi herbivora. Anak singa dan
beruang akan memakan rumput. Anak-anak menyusu bermain dengan ular bedung dan
ular beludak. Karena orang-orang mengenal Yahweh sehingga tidak ada lagi orang
yang berbuat jahat atau bersikap busuk (11).
Selagi menanti, apakah Anda
percaya bahwa TUHAN PASTI akan merestorasi kerusakan yang akibat dosa? Dan
selagi menanti di tengah badai, apakah Anda mengalami ketenangan di tengah
badai? Suatu ketika dalam sebuah kontes seni yang diadakan di tepi pantai di
Maine, Amerika Serikat. Umumnya, para pelukis melukis air sungai atau air laut
yang tenang, pemandangan yang indah dan tenang. Dan pemenangnya adalah sebuah
lukisan dengan ombak tinggi di tepi pantai akibat serangan badai. Dan jika
diperhatikan dengan teliti ternyata ada seekor burung kecil yang berteduh di
celah batu karang. Burung tersebut memperoleh damai di tengah badai.
Pertanyaan Diskusi!
- Mengapa TUHAN menghukum Yerusalem tetapi juga menyisahkannya?
- Diskusikan tentang menghakimi atau menilai orang lain dengan “sekilas pandang” atau “menurut kata orang”
- Apa yang dimaksud dengan orang fasik? Mengapa TUHAN menghukum orang fasik?
- Diskusikan tentang pembaharuan ekologi!
Jakarta Selatan, Jumat, 6 Desember 2013
Lan Yong Xing