Friday, 6 December 2013

RAJA YANG AKAN DATANG





Yesaya (Yahweh menyelamatkan) aktif melayani di Yehuda pada sekitar 740 hingga 701 SM. Ia dipanggil untuk melayani pada saat kematian raja Uzia pada sekitar tahun 740 SM (6:1). Ia melayani di zaman yang berat di mana Yehuda secara bergantian diserang oleh Asyur dan Mesir selama 40 tahun. Bagaimana seseorang bertahan hidup di tengah peperangan dimana pengeboman, penculikkan, perampokan, perampasan, penindasan, penganiayaan, pemerkosaan terjadi hampir setiap hari? Hidup dalam ketegangan dan ketakutan selama 40 tahun dimana orang-orang harus siap untuk membela diri sebab pilihannya hanya ada dua: membunuh atau dibunuh (to kill or to be killed). Ketegangan seperti ini dapat menjadikan seseorang “paranoid”. Kehidupan kita yang tegang, tergesa-gesa, tertekan berpotensi besar menjadikan “sangat reaktif alias emosi kita mudah bergejolak, cenderung menghakimi orang lain, tidak percaya sama orang, dan hati kita menjadi keras sekaligus lelah”.

Yesaya mencatat bahwa Yahweh mengacungkan tangannya (melalui Asyur) ke arah puteri Sion, bukit Yerusalem (10:32). Ia memotong dahan-dahannya dan menebang pohon yang tinggi itu dengan kapak hingga jatuh (10:33-34). Yahweh menghukum puteri Sion karena arogansinya, karena ketegaran tengkuknya. Puteri Sion meninggalkan Yahweh dan berpaling pada dewa-dewa. Mereka menolak pemerintahan dan ketuhanan Yahweh. Tetapi Yahweh tidak melenyapkan puteri Sion hingga habis tuntas melainkan Ia menyisahkan tunggul dan dari tunggulnya akan tumbuh tunas baru. Bagaikan pohon ek (oak tree) yang dapat tumbuh kembali walaupun ditebang. Yahweh tidak kehilangan kendali di dalam amarah-Nya di saat Ia mendisplin puteri Sion. Seorang Raja akan datang dari tunas Isai untuk menyelamatkan.

Dalam hidup ini kita selalu dihantam badai – kanker, stroke, ditinggalkan pacar, kehilangan semangat belajar, kehilangan semangat hidup. Berbagai tragedi kehidupan membuat manusia merasa sedih. Ada yang sudah tidak berani berpacaran lagi karena sudah terlalu sering gagal. Ada yang sudah tidak sanggup mempercayai orang lain lagi karena terlalu sering ditipu. Ada yang menjadi sangat reaktif karena sering dijelekin teman-temannya. Ada yang merasa frustasi karena biaya hidup terus meningkat sedangkan penerimaan tidak banyak bertambah. Kita sedang bertahan di tengah badai sambil menanti apakah badai akan berhenti. Kita sedang menantikan (bahasa Latin Adventus - ketibaan) janji TUHAN untuk merestorasi kerusakan ciptaan-Nya.

Bukankah lebih baik apabila pemerintah Indonesia tidak lagi korupsi? Bukankah lebih baik apabila setiap orang hidup dengan harmonis? Bukankah lebih baik apabila ayah dan ibu berhenti bertengkar? Bukankah lebih baik apabila ayah dan ibu berhenti mengomeli? Bukankah lebih baik apabila kita bisa membeli makanan kesukaan, pakaian kesukaan atau laptop kesukaan? Bukankah lebih baik apabila kita tidak dikendalikan oleh kuasa konsumerisme dan hedonisme? Yesaya menyampaikan bahwa keadaan kita akan berubah. Badai akan berakhir dan pelangi akan muncul. Kerusakan akan direstorasi sebab Raja tunggul Isai akan datang memerintah.

Apa yang menjadi karakteristik Raja ini? Ia “tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan” (5). Mengapa? Karena Roh TUHAN, Roh Hikmat, Roh Nasihat, Roh Pengenalan ada pada-Nya (2). Kehadiran Roh TUHAN, Roh Hikmat, Roh Penasihat dan Roh Pengenalan pada diri seseorang menjadikan dirinya dewasa secara spiritual. Roh TUHAN memberikan kita keyakinan dan kekuatan karena kehadiran-Nya. Roh Pengenalan (pada TUHAN) menolong kita untuk mengenal Allah dengan benar sehingga kita tidak dikuasai oleh amarah, kedengkian dan kecurigaan. Roh Pengenalan memampukan kita untuk tidak merasa “sok tahu”. Roh Hikmat memampukan kita dalam pengendalian diri (self-control) dan pengambilan keputusan. Roh Penasihat memampukan kita untuk mendengarkan dan menasihati sesama.

Kontras dengan hakim yang jahat (10:1), Raja ini adalah Raja yang adil dan bijak. Ia tidak menghakimi dengan “sekilas pandang” (3). Manusia cenderung menghakimi orang dengan sekilas pandang dan menarik kesimpulan bahwa orang ini membosankan, dingin, tidak bertanggungjawab, tidak tahu diri, pemalas. Tanpa sadar, seseorang langsung menjatuhkan penghakiman pada diri orang lain hanya dengan “sekilas pandang”. Celakanya, ketika menilai dan menghakimi menjadi suatu kebiasaan, seseorang akan cenderung menilai buruk setiap orang yang ia temui.

Raja ini juga tidak menghakmi “menurut kata orang” (3). Tidak jarang juga kita menilai atau menjatuhkan penghakiman diri kita pada seseorang “menurut kata orang”. Kita langsung menyimpulkan atau memberi label pada seseorang melalui apa yang kita dengar tentang dirinya. Sikap seperti demikian sangat tidak adil terhadap orang (korban) tersebut.

Semakin sering seseorang mempraktekkan kebiasaan menghakimi orang lain dengan “sekilas pandang” dan “menurut kata orang” maka ia akan semakin didominasi oleh sikap suka menghakmi (judgmental). Roh Hikmat menolong kita untuk menahan diri dari menilai, menghakimi dan memberikan label pada diri seseorang. Roh Hikmat menolong kita untuk melihat apa yang tidak terlihat, melihat pergumulan, kesepian, ketakutan dalam diri seseorang secara mendalam dan memberikan kita sebuah pemahaman yang baru. Roh Pengenalan menolong kita untuk mengenal talenta dalam diri seseorang dan melihat potensi dirinya. Roh Penasihat memampukan kita untuk memotivasi, menguatkan dan meyakinkan seseorang akan potensi dirinya.

Raja ini tidak menjatuhkan hukuman yang tidak adil. Ia akan menghakimi orang-orang fasik yakni orang-orang yang “hatinya jahat”. Orang-orang yang dipenuhi oleh arogansi, orang-orang yang suka mengutuk orang lain dalam hati mereka. Orang-orang yang memandang orang lain dengan hina. Orang yang tidak menghargai orang lain tetapi meremehkan dan membenci yang lain.

Kedatangan Raja ini juga mengubah ekologi. Binatang yang karnivora berubah menjadi herbivora. Anak singa dan beruang akan memakan rumput. Anak-anak menyusu bermain dengan ular bedung dan ular beludak. Karena orang-orang mengenal Yahweh sehingga tidak ada lagi orang yang berbuat jahat atau bersikap busuk (11).

Selagi menanti, apakah Anda percaya bahwa TUHAN PASTI akan merestorasi kerusakan yang akibat dosa? Dan selagi menanti di tengah badai, apakah Anda mengalami ketenangan di tengah badai? Suatu ketika dalam sebuah kontes seni yang diadakan di tepi pantai di Maine, Amerika Serikat. Umumnya, para pelukis melukis air sungai atau air laut yang tenang, pemandangan yang indah dan tenang. Dan pemenangnya adalah sebuah lukisan dengan ombak tinggi di tepi pantai akibat serangan badai. Dan jika diperhatikan dengan teliti ternyata ada seekor burung kecil yang berteduh di celah batu karang. Burung tersebut memperoleh damai di tengah badai.
 

Pertanyaan Diskusi!
 

  1. Mengapa TUHAN menghukum Yerusalem tetapi juga menyisahkannya?
  2. Diskusikan tentang menghakimi atau menilai orang lain dengan “sekilas pandang” atau “menurut kata orang”
  3. Apa yang dimaksud dengan orang fasik? Mengapa TUHAN menghukum orang fasik? 
  4.  Diskusikan tentang pembaharuan ekologi!

Jakarta Selatan,  Jumat, 6 Desember 2013
Lan Yong Xing

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12